Augmented Reality dapat diaplikasikan sehingga tim bedah
dapat melihat data CT Scan atau MRI pada pasien saat pembedahan berlangsung. Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu
sistem pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol.
Sistem Pemroses Citra
Sistem pemroses citra merupakan bagian yang
secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini
terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x
merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan
medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x
dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk mengetahui
seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini
juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer.
Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah
sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor adalah alat
untuk mengubah besaran fisik-dalam hal ini radiasi-menjadi besaran listrik.
Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung
pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini
akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar interaksi radiasi, maka arus
listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering digunakan
adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang tergantung
pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor
adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sinar-x setelah melewati obyek.
Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan
oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi
data maka data-data dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem
akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka )
analog ke komputer.
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan
alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan
dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya
menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai
detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus
tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut
posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
Gambar Prinsip kerja CT Scan
b. Sistem Komputer dan
Sistem Kontrol
Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan
sistem CT Scanner, yaitu mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan
mengkonstruksi gambar tomografi. Komputer terdiri atas processor, array
processor, harddisk dan sistem input-output.
Processor atau CPU (unit pemroses
pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan menginterprestasikan instruksi,
melakukak eksekusi, dan menyimpan hasil-hasil dalam memory. CPU yang
digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang digunakan
bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja
dan kecepatan bai sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk
menyimpan data dan software.
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua
buah monitor dan keyboard. Masing-masing sebagai operator
station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas yang
berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol
untuk mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda,
waktu scan dan besarnya arus filamen. Sedangkan viewer station mempunyai
fungsi untuk memanipulasi sistem pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem
kontrol yang dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard copy film,
magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan
pekerjaan untuk mendiagnosa hasil scanning.
Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai
dari back projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan
dalam bidang kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang
kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi
linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan
terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah
antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih
baik, maka digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat
dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan
menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan
radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang
lebih baik.
Google Cardboard ini belum begitu mempunyai banyak fungsi, tetapi dengan
menggunakan Google Cardboard kita akan merasakan pengalaman virtual reality dengan cara
menggabungkan smartphone yang memiliki sensor gyroscope dengan Google Cardboard.
Software yang
digunakan:
Kemudian memasukkan
Object 3D sederhana dengan cara klik kanan pada Hierachy -> 3D
Object -> Cube. Atur posisi di X=0, Y=0,
dan Z=0 supaya terlihat di kamera seperti di bawah ini :
emudian tambahkan pointer. klik kanan pada Main Camera -> 3D Object -> Sphere. Atur posisi Z dengan nilai 2 dan scale 0.05. Jangan lupa hapus
Component Sphere Collider. Lengkapnya seperti gambar di bawah ini:
Setelah itu, masukkan
SDK Cardboard ke project. Sebelumnya Anda juga harus mengunduh plugin Google VR for
Unity.
Kemudian masukkan package yang telah diunduh
dengan cara klik menu Assets >
Import Package >
Custom Package… dan cari file
GoogleVRForUnity.unitypackage yang telah
diunduh dan klik
Import. Untuk mengubah tampilan kamera menjadi mode VR, cukup drag
prefab
GvrEditorEmulator ke
Hierarchy.
Selanjutnya, drag
object Main Camera ke dalam game object GvrEditorEmulatorseperti
di bawah ini :
Maka secara otomatis tampilan game Anda sudah
menjadi mode Virtual Reality (VR).
Menambahkan Script pada
Cube
Menjalankan di Device
Android untuk Cardboard
Porting Project ke Gear
VR