Sabtu, 28 Mei 2016

PENYANDRAAN 10 WNI OLEH ABU SAYYAF




   1. Kronologi penyandraan 10 WNI leh abu sayyaf

Penyandraan 10 WNI oleh Abu Sayyaf

10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang disekap oleh kelompok militan Filipina Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Mereka sebelumnya sempat disekap lebih dari satu bulan. Sebelum dipulangkan, mereka ditampung terlebih dahulu di rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II).

Rencananya, seluruh WNI diterbangkan dan diperkirakan sampai tanah air Minggu (1/5) malam.
  
Berikut kronologi lengkap 10 WNI disandera hingga dibebaskan:

 

26 Maret 2016

Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

29 Maret

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap saat.

Dari sumber merdeka.com, Selasa (29/3), ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus dan terbaik dari yang terbaik.

31 Maret

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak secara halus, seperti dilansir inquirer.net.

Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.

8 April

Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi.

Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom.

10 April

18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.

12 April

Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13 militan tewas.

15 April

Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.

Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.

26 April

Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.

29 April

Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh para penculiknya.

Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota Sibu, Serawak, Malaysia.

29 April

Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.

Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos. Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait operasi pembebasan para sandera.

1 Mei

10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.

"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh 10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).

Presiden Jokowi memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.

2.   Strategi Negara Dalam Mengatasi Masalah Penyanderaan 10 WNI Oleh Abu Sayyaf
Upaya pemerintah membebaskan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf di Filipina berbuah manis. Mereka yang merupakan anak buah kapal tugboat itu dibebaskan pada Minggu (1/5/2016). Proses pembebasan WNI dari Abu Sayyaf tak berjalan mulus. Sejumlah halangan, seperti lokasi penyanderaan di negara lain membuat kendala tersendiri bagi pemerintah dalam penyelamatan warganya itu. Namun begitu, pemerintah tak patah arang. Presiden Joko Widodo menyatakan terus melakukan operasi penyelamatan. Bahkan, ia telah berkomunikasi dengan pihak penyandera, kelompok Abu Sayyaf.
"‎Operasi siang malam selalu ditindaklanjuti, posisinya seperti apa, dan komunikasi terus kita lakukan, baik dengan Pemerintah Filipina, maupun juga dengan yang menyandera," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa 26 April 2016. Mendapat kabar penculikan warganya, Indonesia langsung bereaksi. Pemerintah menyatakan siap melakukan operasi militer untuk membebaskan warganya tersebut. Namun hal itu urung dilakukan lantaran pemerintah Filipina tak mengizinkan operasi tersebut. "Presiden Jokowi mengutamakan keselamatan para sandera. Itu adalah kata kunci," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/5/2016).
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak Malaysia dan Filipina untuk menangani masalah penculikan Warga Negara Indonesia (WNI) di kawasan perbatasan tiga negara ini. Bila perlu, TNI bisa meluncurkan kapal perangnya untuk mengamankan situasi dan menindak tegas penculik WNI itu. "Saya sebagai Panglima TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas baik di laut, di darat sampai di hutan saya siap. Saya juga sudah mengerahkan dua Kapal Perang yaitu KRI Badau dan KRI Slamet Riyadi ke daerah perbatasan," tegas Jenderal Gatot.
Gatot menambahkan, pembebasan 10 WNI tersebut sukses berkat adanya diplomasi total, baik formal maupun informal. TNI yang turut melakukan tugas tersebut melakukan operasi di bawah Kementerian Luar Negeri. "TNI Melakukan operasi di bawah koordinasi Kementerian Luar Negeri. Yaitu operasi intelijen," ujar Gatot. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melaporkan bebasnya 10 WNI kepada Presiden Jokowi. Ia juga menegaskan segala upaya pembebasan melibatkan banyak pihak. "Bapak presiden sudah menyebutkan bahwa upaya pembebasan itu melibatkan banyak pihak. Termasuk upaya diplomasi total yang tidak hanya melibatkan government to goverment tapi juga jaringan-jaringan informal," imbuh Retno. "Sejak awal komunikasi kita buka, seluruh jaringan kita buka. Semua opsi kita buka dengan satu tujuan: mengupayakan keselamatan 10 WNI kita," tandas Retno.

    3. Pendapat Anda Jika Terjadi Kejadian Yang Sama Dilain Waktu Mendatang ?

Dengan adanya Aksi penyanderaan terhadap sejumlah warga negara Indonesia yang dilakukan oleh sekelompok pihak asing kembali terjadi. Kali ini, penyanderaan dilakukan oleh kelompok yang mengaku Abu Sayyaf terhadap 10 warga negara kita. Kejadian inipun mendapat perharian yang sangat serius dari kalangan pejabat di negeri ini. Maklum, bagaimanapun juga seluruh warga negara Indonesia adalah tanggung jawab negara. Oleh sebab itu, menjadi wajar jika pemerintah memberikan perhatian serius manakala ada warganya yang disandera oleh kelompok-kelompok tertentu, terlebih jika dilakukan pihak asing.
Atas dasar itu pula, kita mendorong pemerintah untuk segera melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada upaya penyelamatan para sandera tersebut. Dan harusnya Negara sudah siap melakukan pencegahan, pencegahan yang harus disiapkan adalah melindungi warga Negara Indonesia dimanapun, anggota TNI memperketat melakukan pengawasan dan pengamanan khususnya didaerah2 perairan, daerah terpencil dan  Indonesia harus memilki hubungan yang baik dan erat dengan negara-negara lain. penyandraan abu sayyaf kan bukan hanya di negara indonesia saja, baiknya negara Indonesia melakukan kerjasama dengan negara lain untuk melakukan penangkapan kelompok abu sayyaf  sehingga tidak terjadi lagi kasus penyandraan seperti ini. 
Jika memang terjadi kejadian lagi diwaktu mendatang pastinya pemerintah sudah sangat siap terutama dan melakukan Komunikasi yang intens serta kekuatan diplomasi, karena operasi ini menyangkut keselamatan manusia, maka perlu kehati-hatian yang ekstra agar tidak ada jatuh korban di pihak sandera. Selama ini, beberapa negara yang mengalami kasus yang sama, juga telah memberikan tebusan kepada perompak untuk menyelesaikan masalah. Ini situasi keterpaksaaan yang harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa manusia (Indonesia). Bagaimanapun, nyawa manusia jauh lebih penting dari itu.
Barangkali karena situasi darurat itulah banyak negara lebih mementingkan menyelamatkan nyawa warganya dengan membayar tuntutan perompak. Laut yang luas yang membuat metode penyerbuan menjadi agak sukar. Kondisi sandera yang sudah lemah dan mungkin penguasaan lapangan dikuasai perompak, membuat banyak negara membayar tuntutan itu. Yang menjadi kewajiban kemudian, bahwa kejadian demikian haruslah menjadi pelajaran besar bagi negara dan bagi perusahaan pelayaran. Artinya, di masa depan negara harus mengawasi pelayaran dan perusahan harus berani menyertakan pasukan di dalam kapalnya untuk mengatasi ancaman seperti ini.


SUMBER:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar