1. Mager alias males.
Kebanyakan
orang Indonesia memilih tidur dan bermalas-malasan di waktu luang mereka.
Bahkan, saat ada tugas atau pekerjaan, mereka akan mengatakan "males ah,
entar aja". Pada saat mendekati deadline, baru deh pusing dan kelimpungan
sendiri gara-gara kerjaan yang numpuk. Kalo udah gini, mau nyalahin siapa?
Cara
mengatasinya:
1. Rajin
olahraga
2. hindari
kebiasaan menyuruh orang, selama masih bisa dikerjakan sendiri.
3. Perbanyaklah bersyukur bahwa hari ini
kalian masih dapat free 24 jam
(lagi), free oksigen
(lagi), free tertawa dan
yang pasti free ribuan sel
yang menopang tubuhmu serta memastikan semuanya bekerja dengan baik untuk kamu,
Selalu bersyukur, ya!
2. Suka ngomongin orang alias menggosip.
Berkumpul bersama
teman, tapi bukan dihabiskan untuk sharing tentang pekerjaan atau hal positif
lainnya. Ini salah satu kebiasaan buruk yang ada di masyarakat kita,
yaitu membicarakan orang lain. Jika membicarakan prestasi orang lain tentu
tidak masalah karena mungkin bisa memotivasi kita. Parahnya adalah justru
mereka akan membicarakan hal bodoh, kekurangan orang lain, atau bahkan aib
orang lain.
Cara mengatasinya:
1. Jadilah “Orang yang Egois
& Enggak Peduli Urusan Orang Lain”
2. Beri pujian terhadap orang
yang sedang Jadi Bahan Gosip
3. Ubah topik pembicaraann ke
yang lebih positif
4. Hindari rasa penasaran
berlebihan
5. kabur
3. Main Hakim sendiri
Main hakim
sendiri, seolah akhir-akhir ini telinga kita sudah seringkali mendengar hal
tersebut. Kebiasaan main hakim sendiri telah ada sejak dahulu, dan berkembang
semenjak adanya gerakan reformasi. Di mana semua orang memiliki keberanian dan
kebebasan dalam berbicara, bertindak, dan sebagainya, yang kemudian menumbuhkan
“kekuasaan".
Kekuasaan tersebut biasanya diperankan secara
berkelompok. Satu orang mempengaruhi orang lain hingga banyak orang yang
terpengaruh untuk melakukan main hakim sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa
masyarakat kita masih memiliki “mental kelompok”, hanya berani bertindak bila
dilakukan berkelompok.
Cara mengatasinya:
Untuk mengantisipasi kejadian main
hakim sendiri terulang, harus ada kerjasama antara tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh agama, aparat pemerintah, kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
lainnya. Tokoh-tokoh tersebut harus mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa
tindakan main hakim sendiri dalam hal apapun tidak diperbolehkan.
Selain itu, pemerintah, pihak kepolisian
diharapkan memupuk kepercayaan dari masyarakat. Sehingga apabila ada kejadian
yang berpotensi terjadi kerusuhan, seperti tertangkapnya pencuri, masyarakat
dengan kesadaran sendiri bisa menyerahkannya kepada yang berwajib. Hal ini
terjadi apabila rasa saling percaya terjalin antara pihak berwajib dan
masyarakat.
4. Tidak mau antre
Kebiasaan ini perlahan
tapi pasti mulai ditinggalkan. Namun, masih saja ada beberapa orang yang
melakukan hal ini dengan alasan terburu-buru dengan pekerjaan lain. Tentu
setiap orang memiliki kesibukan masing-masing dan menerobos antrian bukan suatu
cara yang dapat diterima oleh siapapun, bukan?
Cara mengatasinya:
1.
Menanamkan pada diri sendiri untuk dapat saling menghargai hak milik orang lain
agar tercipta keharmonisan di masyrakat.
2.
Menanamkan pada diri sendiri untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang berlaku
di masyrakat agar tercipta ketertiban dan keamanan di masyrakat. Yang dari situ
akan menimbulkan sifat kedisiplinan dan keteraturan.
3.
Menempatkan diri sendiri diposisi orang lain jika kita mencoba untuk menyerobot
suatu antrian.
5. Tidak menggunakan helm saat naik
motor.
Kebiasaan yang
membahayakan ini masih saja dianggap remeh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Padahal faktor keselamatan adalah yang paling utama saat berkendara di jalan.
Jangan sampai kita menyesal saat kita mengalami hal yang tidak diinginkan di
jalan hanya karena tidak memakai helm di jalan ya.
Cara mengatasinya:
Bagaimanapun,
penggunaan helm adalah wajib bagi para pengendara kendaraan roda dua, karena
alasan keselamatan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dalam kondisi
masyarakat yang seringkali menganggap peraturan adalah untuk dilanggar, adanya
ketegasan penerapan hukum oleh petugas adalah mutlak dilakukan, tentu diikuti
dengan konsistensi penerapannya.
Di sisi lain, diperlukan kesadaran setiap pengendara untuk menaati peraturan yang berlaku, apalagi disadari perilaku itu akan sangat mudah menular kepada pengguna lainnya. Alangkah indahnya apabila kita ikut menularkan perilaku baik di jalan, dan bukannya ikut menyebarkan perilaku buruk yang begitu mudah menyebar seperti virus. Mari kita lebih bertanggung jawab dalam berkendara, cukup dengan satu langkah mudah: mengenakan helm ketika berkendara. Semua tentu bisa.
Di sisi lain, diperlukan kesadaran setiap pengendara untuk menaati peraturan yang berlaku, apalagi disadari perilaku itu akan sangat mudah menular kepada pengguna lainnya. Alangkah indahnya apabila kita ikut menularkan perilaku baik di jalan, dan bukannya ikut menyebarkan perilaku buruk yang begitu mudah menyebar seperti virus. Mari kita lebih bertanggung jawab dalam berkendara, cukup dengan satu langkah mudah: mengenakan helm ketika berkendara. Semua tentu bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar