Sabtu, 27 Oktober 2018

JENIS JENIS AUDIT


Audit Internal





            Internal Auditing adalah proses pemeriksaan internal atas pengendalian yang dilakukan manajemen apakah berjalan dengan baik serta efektif, hingga unit unit yang menjalankan sudah sesuai dengan prosedur prosedur yang telah ditetapkan.
Pihak yang memeriksa adalah auditor internal, artinya yang memeriksa itu adalah "karyawan" perusahaan itu sendiri, untuk tujuan pihak manajemen, tujuan internal perusahaan, tidak untuk pihak eksternal.
Jadi misalnya manajemen mempunyai rencana katakanlah rencana A, yang ditugasi menjalani rencana A ini adalah anak buahnya si manajemen itu, nah apakah anak buahnya yang banyak sekali ini kerjanya becus apa tidak?

Efektif apa tidak?
Jangan jangan rencana A nya tidak berjalan baik?
Jangan jangan rencana A hasilnya tak maksimal? jangan jangan anak buahnya tidak menjalankan dengan semestinya dan jangan jangan yang lainnya. 
Disinilah fungsinya internal audit, internal audit dilakukan agar semua rencana yang sudah disusun dan diputuskan dieksekusi dengan baik agar bisa berjalan dan tidak menyimpang agar tujuan si manajemen dengan rencananya bisa terwujud 

Pihak yang melakukan pemeriksaaan ini di sebut Internal Auditor, bukan eksternal auditor.
Beda lagi, eksternal auditor itu suruhannya yang punya perusahaan untuk memeriksa si manajemen, dari luar perusahaan yang independen harusnya, untuk lengkapnya supaya pembahasan ini tidak out of topic. 

Tujuan Internal Audit
Hiro Tugiman [2006:11]

Internal audit bertujuan untuk membantu anggota entitas organisasi supaya bisa melaksanakan tanggung jawab dengan efektif.
Internal Audit akan menganalisis, mengajukan beberapa saran dan penilaian. pemeriksaaan juga mencakup pengawasan efektif dgan biaya yg wajar.

Sukrisno Agoes [2004:222]

Audit Internal bertujuan untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung-jawabnya dengan menganalisa, menilai dan memberiksaran serta komentar tentang aktivitas yang diperiksa.

Untuk mencapai tujuan internal audit, ini yang harus dilakukan oleh auditor internal:

  • Memastikan kebijakan, rencana serta prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajmen untuk ditaati
  • Menilai kebaikan, mengembangkan pengedalian secara efektif dengan biaya yang wajar, juga mengetahui bagus tidaknya sistem pengendalian yang ada. baik pengendlian internal, pengendalian manajemen maupun pengendalian oprasional yang lain.
  • Memastikan harta perusahaan dipertanggung-jawabkan serta dilindungi dari terjadinya misal kehilangan, kecurangan, disalahgunakan, pencurian dan lain sebagainya
  • Memberi saran perbaikan operasional untuk lebih efektif dan efisien lagi.
  • Menilai mutu kualitas pekerjaan.oleh bagian bagian perusahaan yang telah dibebankan oleh manajemen.
  • Memberi kepastian bahwa data data yang diolah dalam perusahaan bisa dipercaya

Audit Sistem Informasi


Audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti – bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat mengamankan aset, memelihara integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan menggunakan sumberdaya secara efisien”. Ron Weber (1999,10) mengemukakan bahwa audit sistem informasi adalah :
” Information systems auditing is the process of collecting and evaluating evidence to determine whether a computer system safeguards assets, maintains data integrity, allows organizational goals to be achieved effectively, and uses resources efficiently”.

Tujuan Audit Sistem Informasi
Tujuan Audit Sistem Informasi dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek utama dari ketatakelolaan IT, yaitu :
a. Conformance (Kesesuaian) – Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu :Confidentiality (Kerahasiaan), Integrity (Integritas), Availability (Ketersediaan) danCompliance (Kepatuhan).
b. Performance (Kinerja) – Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kinerja, yaitu :Effectiveness(Efektifitas), Efficiency (Efisiensi), Reliability (Kehandalan).
Tujuan audit sistem informasi menurut Ron Weber tujuan audit yaitu :
1. Mengamankan asset
2. Menjaga integritas data
3. Menjaga efektivitas sistem
4. Mencapai efisiensi sumberdaya.

Audit Kecurangan


            Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja.
Jenis – jenis Kecurangan Audit
Kategori kecurangan audit atas laporan keuangan terbagi menjadi dua, yaitu pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva.
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabain jumlah jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut.
Penyalahgunaan aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan seringkali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memperhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.
Sebab – sebab Kecurangan
Segitiga kecurangan atau biasa disebut dengan fraud triangle yang diuraikan dalam SAS 99 (AU 316) adalah sebagai berikut:
Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan melakukan kecurangan.
Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan.
Sikap/rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkain nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka maerasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
Menilai Resiko Kecurangan
SAS 99 meberikan pedoman bagi auditor dalam menilai resiko kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisme profesional auditor atau bisa disebut juga dengan tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut. Skeptisme profesional itu antara lain:
Pikiran yang selalu mempertanyakan. SAS 99 menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan bagimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen.
Evaluasi kritis atas bukti audit. Yakni mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa kemungkinan telah terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, untuk memperoleh bukti tambahan sabagaimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.
Komunikasi diantara tim audit. SAS 99 mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagai wawasan diantara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta berbagi pendapat.
Pengajuan pertanyaan kepada manajemen. SAS 99 mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan dalam setiap audit.
Faktor – faktor. SAS 99 mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor resiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curag.
Prosedur analitis. Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi peristiwa tidak biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Informasi lain. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau bagian audit ketika menilai resiko kecurangan.
Pengawasan Tata Kelola Korporasi Untuk Mengurangi Resiko Kecurangan
Berikut adalah bebrapa cara untuk mengurangi resiko kecurangan:
Menetapkan tone at the top.
Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Memperkerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.
Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan.
Mengurangi resiko kecurangan.
Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan.
Respons Resiko Kecurangan
Manajemen sudah mempunyai program yang dirancang untuk mencegah, menghalangi dan mendeteksi kecurangan, serta pengendalian yang dirancang untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, serta pegendalian yang dirancang untuk mengurangi resiko resiko kecurangan yang spesifik. Respons auditor terhadap resiko kecurangan meliputi hal-hal berikut:
Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan.
Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani resiko kecurangan.
Meracang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh manajemen.
Bidang Resiko Kecurangan yang Spesifik
Resiko pelaporan keuangan yang curang atas pendapatan. Sebagai konsekuensi dari seringnya kecurangan dalam pelaporan keuangan yang melibatkan pengakuan pendapatan.
Tanda – tanda peringatan kecurangan pendapatan. Dua diantara tanda yang paling bermanfaat dalam hal peringatan kecurangan pendapatan adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
Penyalahgunaan penerimaan yang melibatkan pendapatan. Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang curang, kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk terhadap organisasi karena aktiva langsung hilang.
Kelalain mencatat penjualan. Salah satu kecurangan yang paling sulit dideteksi adalah apabila penjualan tidak dicatat dan kas dari penjualan itu dicuri.
Pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Jika pembayaran dari seorang pelanggan dicuri, penagihan berkala atas rekening yang belum dibayar akan dengan
Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk persediaan. Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari bebarapa kasus besar pelaporan keuangan yang curang.
Tanda – tanda peringatan kecurangan persediaan. Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukkan kecurangan persediaan.
Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk untuk utang usaha. Perusahaan mungkin melakukan upaya yang disengaja untuk merendah sajikan utang usaha dan melebih sajikan laba.
Penyalahgunaan dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Kecurangan dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.
Aktiva tetap. Aktiva tetap sebagai akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali didsarakan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif.
Beban penggajian. Penggajian jarang menjadi beban yang signifikan bagi pelaporan keuangan yang curang. Tetapi, perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya tenaga kerja berlebih dalam persediaan.
Tanggung jawab bila auditor dicurigai ada kecurangan.
Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Untuk mengumpulkan informasi tambahan auditor bisa memperolehnya dengan cara mengajukan pertanyaan. Berikut ini teknis – teknis pengajuan pertanyaan:
Pertanyaan informasial. Biasanya auditor menginginkan informasi dari narasumber mengenai peristiwa atau proses dimasa lalu atau yang sedang berjalan saat ini.
Pertanyaan penilaian. Untuk menguatkan atau menyangkal informasi sebelumnya.
Pertanyaan interogatif. Digunakan untuk memastikan apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan yang penting tentang fakta, peristiwa, atau situasi penting, terutama bila auditor curiga narasumber sedang mengelabui atau menyembunyikan informasi.
Evaluasi respons atas pengajuan pertanyaan. Agar informasi yang dibutuhkan didapatkan secara efektif.
Teknik menyimak. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatakan tanda-tanda pemahaman lain.
Mengamati petunjuk perikalu. Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan petanyaan akan mengevaluasi petunjuk lisan dan non lisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai.

Audit Eksternal


            Pada suatu perusahaan kita mungkin sering mendengar tentang audit, baik audit eksternal maupun audit internal. Audit terutama yang eksternal pada umumnya dilakukan untuk memenuhi persyaratan hukum. Sementara orang yang berhak untuk melakukan audit ini adalah auditor eksternal yang kadang kala juga memberikan jasanya untuk melakukan tugas tambahan seperti misalnya menyelidiki kasus penipuan laporan keuangan pada perusahaan atau organisasi tertentu.
Auditing dapat kita definisikan sebagai sebuah proses sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti dengan obyektif tentang suatu laporan peristiwa ekonomi. Tujuan dari dilaksanakannya auditing ini adalah menentukan tingkat keakuratan antara laporan tersebut dengan point-point kriteria yang telah ditentukan termasuk dalam penyajian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. 
Sementara dari sisi auditor independen sebagai pelaku auditing, pemeriksaan ini merupakan analisa obyektif atas laporan keuangan organisasi atau perusahaan tertentu. Hasil pemeriksaan akan membuktikan apakah laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban merupakan data yang realistis dan menggambarkan kondisi keuangan serta hasil usaha perusahaan atau organisasi yang bersangkutan secara wajar.
Tujuan dari audit eksternal
Bila dijelaskan secara detail tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan atau organisasi menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan atau organisasi terkait. Selain itu apakah dana milik instansi tersebut telah benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau dimuat dalam konstitusi. Sementara itu kita juga tidak dapat mencampuradukkan tujuan dari auditing sebagaimana point-point berikut ini:
Hal-hal di bawah ini bukanlah tujuan dari audit eksternal

·         Menyiapkan laporan keuangan

·         Menyatakan bahwa sistem kontrol keuangan intern yang selama ini dijalankan merupakan sistem yang efektif

·         Memberikan catatan yang menyatakan “tidak terdapat masalah”

·         Menyelidiki bawah laporan keuangan 100%  dibuat tanpa ada kesalahan

Alasan mengapa audit eksternal perlu untuk dilakukan adalah, agar masyarakat dapat mengakses informasi tentang penanganan sumber daya ekonomi umum karena masyarakat memang memiliki hal untuk itu. Karena tak semua orang, terutama bagi para awam kesulitan memahami transaksi keuangan dalam bentuk laporan yang rumit, sehingga dibutuhkan jasa seorang profesional untuk memeriksa informasi sekaligus melakukan analisis dalam laporan keuangan tersebut. Untuk memperkecil peluang terjadinya kesalahan di masa mendatang sehingga manajemen perlu melakukan verifikasi akurasi laporan keuangan.
Laporan keuangan yang benar akan membantu menambah kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan atau organisasi terkait, termasuk untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penyajian laporan keuangan dengan benar sesuai standar adalah kewajiban di mata hukum, dan sebagai warga negara yang baik selayaknya kita patuh terhadap hukum dan peraturan yang telah diatur. Dan terakhir, audit eksternal akan membantu mengidentifikasi bila sistem yang dijalankan selama ini masih kurang efektif dan efisien.

SUMBER:
https://datakata.wordpress.com/2015/01/17/jenis-jenis-audit/
https://jurnalmanajemen.com/audit-internal/
https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_keuangan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar